Sekilas pandang Pamotan yang berada di Kec. Kalipucang Ds. Pamotan, Desa pamotan ini sangat banyak sekali sejarahnya, yang akan dijelaskan di bawah ini :
LIPUTAN PAMOTAN
Jurnal seputar Desa Pamotan, Kalipucang, Ciamis
Legenda Pamotan Ver.2: Jatuhnya Pedang Sultan Solo
Pamotan menurut cerita dari Sdr. Koko Komarudin dimulai pada abad ke-16 oleh keturunan Cina bernama “Ci Lin“ yang bergelar Embah Dalem Pamotan dan merupakan “Kadaleman / Kerajaan Kecil” yang pusat Kadalemannya di Pamotan (ditandai adanya tempat yang diyakini oleh Penduduk Pamotan sebagai “Kaputren/Kaputrian” di Tempat Pemakaman Umum/Pekuburan depan Kantor Desa Pamotan). Kadaleman Pamotan juga merupakan sebuah padepokan yang subur dan makmur, sehingga terkenal ke luar daerah.
Maka sampailah cerita kemakmuran dan kekuatan Kadaleman/Padepokan Pamotan ke Kesultanan Cirebon (Daerah Mataram). Kisah tentang Pamotan terdengar pula oleh Eyang Bagus Suta Pura. Eyang Bagus Suta Pura yang ingin menambah kesaktiannya pergi ke wilayah Selatan Cirebon yaitu ke Kadaleman Pamotan. Konon saat itu agama Islam belum masuk ke Kadaleman Pamotan. Karena itu, Eyang Bagus Suta Pura juga berniat menyebarkan Agama Islam di Kadaleman Pamotan -disamping untuk berguru-. Untuk memudahkan penyebaran Agama Islam, Eyang BAgus Suta Pura pun melamar anak perempuan Mbah Dalem Pamotan yang bernama DEWI ANDANSARI. Sebenarnya Eyang Bagus Suta Pura telah mempunyai istri yang bernama DEWI NAWANGWULAN. Setelah resmi menjadi menantu Mbah Dalem Pamotan, mulailah Eyang Bagus Suta Pura menyebarkan Agama Islam.
Sebelum masuk Agama Islam, kaum lelaki harus disunat terlebih dahulu. Mbah Dalem Pamotan sesungguhnya tidak keberatan bila Eyang Bagus Suta Pura menyebarkan Agama Islam. Namun saat Mbah Dalem Pamotan mau disunat dan setelah orang-orang melingkar berkumpul, tiba-tiba Mbah Dalem Pamotan bersembunyi di bawah meja bundar lalu menghilang. Lokasi menghilangnya Mbah Dalem Pamotan sampai sekarang diyakini di Pekuburan yang berada di Pojok Barat Daya Lapang Sepak Bola Pamotan atau Pojok Timur Lokasi SMPN 2 Kalipucang.
Sejak hilangnya Mbah Dalem Pamotan, “Kadaleman” dipimpin oleh Eyang Bagus Suta Pura dengan Gelar “Eyang Jaga Resmi”. Kadaleman Pamotan semakin maju dan Eyang Bagus Suta Pura semakin makmur. Kadaleman Pamotan semakin lama semakin maju. Diceritakan ada seorang Sultan dari Solo menyamar sebagai Pengemis lalu mendatangi Eyang Jaga Resmi. Begitu melihat pengemis Eyang Jaga Resmi memberikan nasehat bahwa “kalau mau makan harus mau beker. Sultan yang menyamar jadi pengemis itu disuruh menjaga kekayaan Kadaleman Pamotan. Patih yang dititipi kerajaan oleh Sultan merasa gelisah mengapa Sultan tidak kunjung pulang, akhirnya Patih pun memutuskan untuk menyusul Sultan.
Sesampainya di Kadaleman Pamotan, Patih melihat Sultan sedang bekerja menjaga padi di sawah. Patih pun sangat terkejut. Eyang Jaga Resmi mendengar ada yang memanggil Sultan pada penjaga kekayaannya, Eyang Jaga Resmi baru sadar bahwa Penjaga itu seorang Sultan namun saat Eyang Jaga Resmi mau memanggilnya, Sultan itu lari hingga Gobangnya (Pedang) tercecer maka tempat jatuhnya pedang dinamakan Cigobang. Eyang jaga Resmi lalu menyesali kekeliruannya dan bersumpah “Sampai tujuh turunan warga Pamotan tidak akan maju dan terus berada dalam kekurangan”. Sejak saat itu penduduk di wilayah Pamotan kesulitan untuk kehidupan ekonominya. Saat setelah Pamekaran pun, Pamotan menyadan gelar sebagai kawasan tertinggal.
Legenda Pamotan Ver. 1: Hilangnya Mbah Dalem Pamotan dan Sumpah Pangeran Alit
Menurut berbagai sumber, cerita dimulai pada abad ke-16 oleh keturunan Cina bernama “Ci Lin“ yang bergelar Embah Dalem Pamotan dan merupakan “Kadaleman / Kerajaan Kecil” yang pusat Kadalemannya di Pamotan (ditandai adanya tempat yang diyakini oleh Penduduk Pamotan sebagai “Kaputren/Kaputrian” di Tempat Pemakaman Umum/Pekuburan depan Kantor Desa Pamotan). Kadaleman Pamotan juga merupakan sebuah padepokan yang subur dan makmur, sehingga terkenal ke luar daerah. Maka sampai lah cerita kemakmuran dan kekuatan Kadaleman/Padepokan Pamotan ke Kerajaan Mataram. Maka saat Kerajaan Mataram mau menggempur Kompeni (VOC) di Batavia (Jakarta), Raja Mataram Sultan Agung mengutus adiknya yang bergelar Pangeran Alit untuk meminta Bantuan Kadaleman Pamotan agar menggempur VOC di Batavia.
Dengan berlayar lewat Laut Selatan dan masuk ke Sagara Anakan/Nusa Kambangan lalu menyusuri muara Sungai Citanduy, maka Pangeran Alit berlabuh di Pelabuhan Bulan. Mendaratlah Pangeran Alit di Kadaleman Pamotan. Konon saat itu Kadaleman Pamotan belum masuk Agama Islam. Pangeran Alit pun berniat menyebarkan Agama Islam di Kadaleman Pamotan -di samping untuk memohon bantuan-. Untuk memudahkan penyebaran Agama Islam, IPangeran Alit melamar Putri Mbah Dalem Pamotan yang bernama DEWI ANDANSARI. Setelah resmi menjadi menantu Mbah Dalem Pamotan, mulailah Pangeran Alit menyebarkan Agama Islam.
Sebelum masuk Agama Islam, kaum lelaki harus disunat terlebih dahulu. Sebenarnya, Mbah Dalem Pamotan tidak keberatan jika Pangeran Alit menyebarkan Agama Islam. Namun saat Mbah Dalem Pamotan akan disunat dan setelah orang-orang melingkar berkumpul, tiba-tiba Mbah Dalem Pamotan bersembunyi di bawah meja bundar lalu menghilang entah ke mana. Lokasi menghilangnya Mbah Dalem Pamotan sampai sekarang diyakini di Pekuburan yang berada di Pojok Barat Daya Lapang Sepak Bola Pamotan atau Pojok Timur Lokasi SMPN 2 Kalipucang.
Sejak raibnya Mbah Dalem Pamotan, Kadaleman dipimpin oleh Pangeran Alit dengan Gelar “Eyang Jaga Resmi”. Kadaleman Pamotan semakin maju dan Pangeran Alit semakin lupa akan tugas pokok mencari bantuan untuk menggempur VOC di Batavia. Karena lama tidak ada berita, maka Sultan Agung menyuruh punggawanya untuk mencari Pangeran Alit. Setelah memperoleh kabar dari punggawanya, Sultan Agung penasaran dan ingin melihat sendiri dengan mata kepalanya. Kemudian Sultan Agung berangkat menuju Kadaleman Pamotan -dan menitipkan kerajaan pada patihnya-. Sultan Agung berangkat menggunakan Kereta Kencana dan disembunyikan di Pelabuhan Bulan. Kemudian, Sultan Agung menyamar sebagai pengemis dan menghampiri Pangeran Alit/Eyang Jaga Resmi. Begitu melihat pengemis, Eyang Jaga Resmi memberikan nasihat bahwa “kalau mau makan harus mau bekerja dulu”. Sultan Agung yang menyamar jadi pengemis pun disuruh menjaga kekayaan Kadaleman.
Patih yang dititipi kerajaan oleh Sultan Agung merasa gelisah mengapa raja tidak kunjung pulang. Akhirnya Patih pun memutuskan untuk menyusul Raja Sultan Agung. Sesampainya di Kadaleman Pamotan, Patih melihat Raja sedang bekerja menjaga padi di sawah maka Pati pun sangat terkejut dan mengingatkan Pangeran Alit/Eyang Jaga Resmi bahwa “Gara-gara Harta, Tahta dan Wanita Pengeran telah gelap mata tidak tahu Kakak sendiri (Raja Mataram)”. Mendengar teguran itu, Pangeran Alit/Eyang Jaga Resmi lalu menyesali kekeliruannya dan bersumpah: “Sampai tujuh turunan warga Pamotan tidak akan maju dan terus berada dalam kekurangan”. Sejak saat itu, penduduk di wilayah Pamotan kesulitan untuk kehidupan ekonominya. Maka saat setelah Pamekaran pun, Pamotan menyandang gelar sebagai kawasan tertinggal.
Di belakang sana adalah lokasi hilangnya Mbah Dalem Pamotan
Kanker Serviks dan Spaghetti Pamotan
Kamis, 14 Juli, kami –para putri- dihubungi Ibu Kades mengenai acara bersama ibu PKK. Awalnya kami sedikit terkejut karena ada permintaan untuk berbagi ilmu mengenai cara memasak pempek khas Palembang. Karena minimnya persiapan, bahan-bahan, dan pengetahuan, akhirnya kami mengganti konten acara tersebut menjadi: penyuluhan kanker serviks dan cara memasak spaghetti.
Pukul 10 pagi, para putri pun berbondong-bondong menuju balai desa di mana para ibu PKK dan Ibu Kades sudah berkumpul untuk menyambut mahasiswi-mahasiswi Unpad ini. Acara dimulai dengan pembagian berbagai informasi mengenai kanker serviks. Sederhana saja: 1 laptop, 2 pembicara, dan sekitar belasan pendengar. Penyuluhan berjalan lancar. Para ibu PKK pun tampak tertarik dengan topik yang diajukan. Tidak sedikit yang bertanya dan mencatat. Ternyata pengetahuan tentang kanker serviks memang masih minim di desa Pamotan.
Setelah sekitar 45 menit berjalan, acara pertama pun ditutup. Tanpa basa-basi, meja yang diisi laptop tadi langsung dialihkan menjadi tempat memasak. Kompor, pisau, bahan baku, dsb. Setelah penjelasan singkat mengenai apa-itu dan bagaimana-memasak spaghetti, koki andalan kami mulai beraksi mempertontonkan keahliannya mengolah bahan baku. Para anggota PKK menyimak dengan pertanyaan-pertanyaan.
Setelah spaghetti terpampang, semua pengunjung pun langsung menyerbu dan melahap spaghetti ala Pamotan. Kami masih ingat sedapnya kolaborasi antara spaghetti dan kebersamaan ibu-ibu PKK. Hmm…..
Demikianlah Selayang pandang tentang Desa Pamotan yang konon disinyalair banyak sekali unsur sejarahnya terimakasih semoga bermanfaat.
.
Senin, 05 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar